☀️ Makalah Pertentangan Sosial Dan Integrasi Masyarakat

Beberapapenyebab yang ada dapat berasal dari pribadi dosen PA, seperti kesibukanya untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat), kurang kepedulian dosen PA terhadap aspek pribadi dan sosial emosional mahasiswa, anggapan dosen PA bahwa mahasiswa sebagai individu dewasa yang mampu

MAKALAH Ilmu Sosial Dasar Pertentangan-Pertentangan Sosial dan Integritas Oleh kelompok ZULKARNAIN Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Makassar Tahun Ajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillahirobbil Alamin segala Puji dan Syukur kami Panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, Namun kami menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya. Makalah ini kami membahas mengenai “ Pertentangan-pertentangan Sosial dan Integritas”. dengan makalah ini kami mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya. Makassar, 17 Juni 2014 Penyusun DAFTAR ISI SAMPUL…………………………………….…….…………………………… i KATA PENGANTAR...........................................................………..…...……. ii DAFTAR ISI…................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN…................................................................................1 A. Latar Belakang…………………………………………………………….1 B. Tujuan…………………………………………..………………………… 1 BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………… 2 A. Pengertian pertentangan social dan ingrasi…………………...….………. 2 B. Pertentangan social dan integrasi…………………………………..…...… 6 C. Penjelasan pertentangan social………...…………………………..……... 6 D. Penjelasan integrasi…………………………………………………....… 14 BAB III PENUTUP……………………………………………………………… 19 A. Kesimpulan……………………………………………………………… 19 B. Saran……………………………………………………………….…. 20 DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………..…… 21 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Pada kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan sosial dan integrita masyarakat. suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan. Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian pertentangan sosial dan integrasi masyarakat, mengetahui teori-teori tentang pertentangan sosial dan integrasi masyarakat, serta membahas masalah-masalah atau studi kasus pertentangan sosial dan integrasi terjadi di lingkungan masyarakat. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian pertentangan sosial dan integrasi a. Pertentangan Sosial Teori Pertentangan sosial adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat. Ada berbagai sumber teori tentang pertentangan social, antara lain 1. Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu a Konflik Realistis,berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan. b Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka. 2. Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf Teori konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Karl Marx berpendapat bahwa pemilikan dan Kontrol sarana- sarana berada dalam satu individu- individu yang sama. Menurut Dahrendorf tidak selalu pemilik sarana- sarana juga bertugas sebagai pengontrol apalagi pada abad kesembilan belas. Bentuk penolakan tersebut ia tunjukkan dengan memaparkan perubahan yang terjadi di masyarakat indutri semenjak abad kesembilan belas. Diantaranya • Dekomposisi Modal Menurut Dahrendorf timbulnya korporasi- korporasi dengan saham yang dimiliki oleh orang banyak, dimana tak seorangpun memiliki kontrol penuh merupakan contoh dari dekomposisi modal. Dekomposisi tenaga. • Dekomposisi Tenaga Kerja Di abad spesialisasi sekarang ini mungkin sekali seorang atau beberapa orang mengendalikan perusahaan yang bukan miliknya, seperti halnya seseorang atau beberapa orang yang mempunyai perusahaan tapi tidak mengendalikanya. Karena zaman ini adalah zaman keahlian dan spesialisasi, manajemen perusahaan dapat menyewa pegawai- pegawai untuk memimpin perusahaanya agar berkembang dengan baik. • Timbulnya Kelas Menengah Baru Pada akhir abad kesembilan belas, lahir kelas pekerja dengan susunan yang jelas, di mana para buruh terampil berada di jenjang atas sedang buruh biasa berada di bawah. Penerimaan Dahrendorf pada teori konflik Karl Marx adalah ide mengenai pertentangan kelas sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Kemudian dimodifikasi oleh berdasarkan perkembangan yang terjadi akhir- akhir ini. Dahrendorf mengatakan bahwa ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi sebagai dasar perbedaan kelas itu. Menurut Dahrendorf hubungan- hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur bagi kelahiran kelas. Dahrendorf mengakui terdapat perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dominasi itu dapat terjadi secara drastis. Tetapi pada dasarnya tetap terdapat dua kelas sosial yaitu, mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam analisanya Dahrendorf menganggap bahwa secara empiris, pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisa bila dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi hubungan- hubungan kekuasaan. Dalam setiap asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai- nilai yang merupakan ideologi keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan- kepentingan kelompok bawah melahirkan ancaman bagi ideologi ini serta hubungan- hubungan sosial yang terkandung di dalamnya. b. Integrasi Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi. Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus kesepakatan di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental mendasar Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial cross-cutting affiliation. Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda cross-cutting loyalities dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial. Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial A. Faktor Internal Kesadaran diri sebagai makhluk social Tuntutan kebutuhan Jiwa dan semangat gotong royong. B. Faktor External Tuntutan perkembangan zaman Persamaan kebudayaan Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama Persamaan visi, misi, dan tujuan Sikap toleransi adanya kosensus nilai adanya tantangan dari luar. B. Penjelasan Pertentangan social a pertentangan sosial I. Perbedaan Kepentingan Hidup bermasyarakat adalah hidup dengan berhubungan baik antara dihubungkan dengan menghubungkan antara individu-individu maupun antara kelompok dan golongan. Hidup bermasyarakat juga berarti kehidupan dinamis dimana setiap anggota satu dan lainnya harus saling memberi dan menerima. Anggota memberi karena ia patut untuk memberi dan anggota penerima karena ia patut untuk menerima. Ikatan berupa norma serta nilai-nilai yang telah dibuatnya bersama diantara para anggotanya menjadikan alat pengontrol agar para anggota masyarakat tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya. Individu yang berpegang pada prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya. Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu, seperti individu untuk memperoleh kasih sayang. individu untuk memperoleh harga diri. individu untuk memperoleh penghargaan yang sama. individu untuk memperoleh prestasi dan posisi. individu untuk dibutuhkan orang lain. individu untuk memperoleh kedudukan didalam kelomponya. individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri. individu untuk memperoleh kemerdekaan diri. Dalam hal diatas menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan. Rasa solider, toleransi, tenggang rasa, tepa selira sebagai bukti kuatnya ikatan itu. Pada diri setiap anggota terkandung makna adanya saling ikut merasakan dan saling bertanggungjawab pada setiap sikap tindak baik mengarah kepada yang positif maupun negatif. Sakit anggota masyarakat satu akan dirasakan oleh anggota lainnya. Tetapi disamping adanya suatu harmonisasi, disisi lain keadaan akan m enjadi sebaliknya. Bukan harmonisasi ditemukan, tetapi disharmonisasi. Bukan keadaan organisasi tetapi disorganisasi. Sering kita temui keadaan dimasyarakat para anggotanya pada kondisi tertentu, diwarnai oleh adanya persamaan-persamaan dalam berbagai hal. Tetapi juga didapati perbedaan-perbedaan dan bahkan sering kita temui pertentangan-pertentangan. Sering diharapkan panas sampai petang tetapi kiranya hujan setengah hari, karena sebagus-bagusnya gading akan mengalami keretakan. Itulah sebabnya keadaan masyarakat dan negara mengalami kegoyahan-kegoyahan yang terkadang keadaan tidak terkendali dan dari situlah terjadinya perpecahan. Sudah tentu sebabnya, misalnya adanya pertentangan karena perbedaan keinginan. Perbedaan kepentingan sebenarnya merupakan sifat naluriah disamping adanya persamaan kepentingan. Bila perbedaan kepentingan itu terjadi pada kelompok-kelompok tertentu, misalnya pada kelompok etnis, kelompok agama, kelompok ideologi tertentu termasuk antara mayoritas dan minoritas. II. Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme a. pengertian prasangka dan diskriminatif Prasangka dan Diskriminasi dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, dimana setiap orang memilikinya. Melalui proses belajar dan semakin dewasanya manusia, membuat sikap cenderung membeda-bedakan dan sikap tersebut menjurus kepada prasangka. Apabila individu mempunyai prasangka dan biasanya bersifat diskriminatif terhadap ras yang diprasangka. Jika prasangka disertai dengan agresivitas dan rasa permusuhan, biasanya orang yang bersangkutan mencoba mendiskiminasikan pihak-pihak lain yang belum tentu salah, dan akhirnya dibarengi dengan sifat Justifikasi diri, yaitu pembenaran diri terhadap semua tingkah laku diri. Prasangka prejudice diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Bahasa arab menyebutnya “sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu itu buruk. Disisi lain bahasa arab “khusnudzon” yaitu anggapan baik terhadap sesuatu. Prasangka menunjukkan pada aspek sikap sedangkan diskriminasi pada tindakan. Menurut Morgan 1966 sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negarif terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang baru diketahui setelah ia bertindak atau beringkah laku. Oleh karena itu, bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan kecenderungan yang tidak nampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan demikian diskriminatif merupakan tindakan yang relaistis, sedangkan prsangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing. Prasangka ini sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri tidak berdasarkan pengalaman sendiri, karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi terlalu menyederhanakan terhadap sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat. Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lebih sukar berprasangka. Tampaknya kepribadian dan inteligensi, juga faktor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka. Orang yang berinteligensi tinggi, lebih sukar berprasangka, karena orang-orang macam ini bersikap dan bersifat kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap. Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun begitu, biasa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif. Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, kelamin, ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminasiDiskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang yang sama. Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi, prasangka adalah sifat negative terhadap sesuatu. Dalam kondisi prasangka untuk menggapai akumulasi materi tertentu atau untuk status sosial bagi suatu individu atau suatu. Seorang yang berprasangka rasial biasanya bertindak diskriminasi terhadap rasa yang diprasangka. B. Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka dan Diskriminasi 1. Berlatar belakang sejarah. Orang-orang kulit putih di Amerika Serikat berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus sebagai budak. Bangsa kita masih menganggap bangsa Belanda adalah bangsa dilatarbelakangi karena pada masa lampau Bangsa Belanda menjajah Indonesia selama kurang lebih 3,5 abad. 2. Dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Harta kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta itu didapat dari usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dari usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai pejabat dan lain sebagainya. 3. Bersumber dari faktor kepribadian. Bersifat prasangka merupakan gambaran sifat seseorang. Tipe authorian personality adalah sebagian ciri kepribadian seseorang yang penuh prasangka, dengan ciri-ciri bersifat konservatif dan tertutup. 4. Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama. Banyak sekali konflik yang ditimbulkan karean agama. Seperti yang kita alami sekarang diseluruh penjuru dunia. Sebab-sebab terjadinya prasangka 1. Pendekatan Historis Pendekatan ini berdasarkan teori pertentangan kelas, menyalahkan kelas rendah di mana mereka yang tergolong kelas atas mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah 2. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional a Mobilitas sosial gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan mengenai nasib buruknya. b Konflik antara kelompok prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing. c Stagma perkantoran ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan oleh kelompok tertentu. d Sosialisasi prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa. 3. Pendekatan Kepribadian Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini keadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif. 4. Pendekatan Fenomenologis Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. 5. Pendekatan Naïve Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka tidak menyoroti individu yang berprasangka. C. Usaha-Usaha Mengurangi atau Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi Dapat dilakukan dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan usaha peningkatan pendapatan bagi WNI yang masih di bawah garis kemiskinan. Perluasan kesempatan belajar. Sikap terbuka dan lapang harus selalu kita sadari. D. Pengertian Etnosentrisme Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan dipergunakan sebagai tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Etnosentrisme terjadi jika masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling bermoral.” Etnosentrisme membuat kebudayaan kita sebagai patokan untuk mengukur baik-buruknya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan budaya kita. Ini dinyatakaan dalam ungkapan “orang-orang terpilih”, “progresif”, “ras yang unggul”, dan sebagainya. Biasanya kita cepat mengenali sifat etnosentris pada orang lain dan lambat mengenalinya pada diri sendiri. Sebagian besar, meskipun tidak semuanya, kelompok dalam suatu masyarakat bersifat etnosentrisme. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi penyebab utama kesalah pahaman dalam dapat dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh orang-orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb. III. Pertentangan social dalam masyarakat Pertentangan mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang biasa dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar atau perang. Dasar konflik berbeda-beda. Terdapat 3 elemen dasar yang merupakan ciri-ciri dari situasi konflik yaitu 1. Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau baigan-bagian yang terlibat di dalam pertentangan. 2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan, masalah-masalah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasan-gagasan. 3. Terdapatnya interaksi di antara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut. Pertentangan merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu, sampai kepada lingkungan yang luas yaitu masyarakat, yaitu 1. Pada taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi dan dorongan yang antagonistik didalam diri seseorang. 2. Pada taraf kelompok, konflik ditimbulkan dari konflik yang terjadi dalam diri individu, dari perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat mereka. 3. Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berbeda. Perbedan-perbedaan dalam nilai, tujuan dan norma serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis didalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain. Adapun cara-cara pemecahan pertentangan tersebut adalah 1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan dengan kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri. 2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. 3. Mjority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi. 4. Minority Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama 5. Compromise artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah. 6. Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. B. penjelasan Integrasi IV. golongan-golongan yang berbeda dan integrasi sosial Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya melalui jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia. Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi 1. Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya 2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli dengan keturunan Tionghoa,arab 3. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan 4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik, agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya integrasi sosial antara lain • Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan mereka • Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman • Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta dijalankan secara konsisten Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami semua negara di dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi masalah integritas sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena latar belakang masalah yang dihadapi berbeda, sehingga integrasi diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau strategi politik yang lebih lunak. Beberapa masalah integrasi internasional, antara lain 1. perbedaan ideologi 2. kondisi masyarakat yang majemuk 3. masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh 4. pertumbuhan partai politik Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil atau menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu, antara lain • Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara Indonesia terhadap Ideologi Nasional • Membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan membangun saran komunikasi, informasi, dan transformasi • Menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan nasional • Membentuk jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik pribumi atau keturunan asing v. Integrasi nasional Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Selain itu dapat pula diartikan bahwa integrasi bangsa merupakan kemampuan pemerintah yang semakin meningkat untuk menerapkan kekuasaannya di seluruh wilayah Mahfud MD, 1993 71. - Integrasi tidak sama dengan pembauran atau asimilasi. - Integrasi diartikan integrasi kebudayaan, integrasi sosial, dan pluralisme sosial. - Pembauran dapat berarti asimilasi dan amalganasi. - Integrasi kebudayaan berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan cultural traits mereka, yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras harmonis. - Melalui difusi penyebaran, di mana-mana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia. Contoh-contoh penghambat integrasi nasional a Perbedaan kepentingan, dengan masyarakat yang majemuk tentu akan menimbulkan pula perbedaan kepentingan antara yang satu dan yang lain, dan bila tidak disikapi secara dewasa hal ini juga dapat menimbulkan gesekan gesekan masyarakat. b Diskriminasi, adalah perlakuan yang tidak adil dan memihak hanya kesatu pihak saja. c Masih berkembangnya paham ethosentris, yaitu paham yang menganggap budayanya adalah yang paling unggul dan merendahkan budaya yan lainnya. d Masih maraknya isu keagamaan dan saling menjelek-jelekkan antara agama yang satu danyang lainnya. e Kurangnya rasa persatuan dan kesatuan f Bhinneka tunggal ika hanya sebatas wacana namun tidak pernah diterapkan atau di praktekkan. Contoh-contoh pendorong integrasi nasional a Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di masa yang akan datang. b Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia. c Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang sangat sulit. d Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa. e Adanya rasa senasib dan sepenanggungan f Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya kedamaian BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena itu tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Pertentangan dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda, merupakan bagian dari setiap sistem sosial yang dapat dimengerti. Karena konflik merupakan bagian kehidupan sosial, maka dapat dikatakan konflik sosial merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar. Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau permasalahan-permasalahan, di antaranya 1 Perbedaan Kepentingan ada 2 kepentingan dalam diri individu, yakni kepentingan biologis dan kepentingan sosial/psikologis. 2 Prasangka dan Diskriminatif prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakan. 3 Ethnosentrisme dan Stereotype Ethnosentrisme kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya. Stereotype gambaran dan anggapan jelek. 4 Konflik dalam kelompok Suatu tingkah laku yang dibedakan emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya. Cara pengendalian dari permasalahan-permasalahan di atas, yaitu melalui integrasi masyarakat dan nasional, yang mengandung pengertian Integrasi Masyarakat adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat. Integrasi Nasional organisasi-organisasi formal melalui mana masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. B. Saran Konflik sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Namun apabila kita sikapi dengan baik maka konflik tersebut dapat memberikan masukan yang baik terhadap kehidupan. Oleh karena itu, apabila terjadi konflik hendaknya kita menyelesaikan dengan baik agar tidak terjadi konflik yang berkelanjutan antara pihak-pihak yang berkonflik. Daftar Pustaka Add caption

maksuddan tujuan maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian pertentangan sosial dan integrasi masyarakat, mengetahui teori-teori tentang pertentangan sosial dan integrasi masyarakat, serta membahas masalah- masalah atau studi kasus pertentangan sosial dan integrasi terjadi di lingkungan masyarakat. f bab ii 100% found this document useful 10 votes13K views7 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 10 votes13K views7 pagesMakalah Konflik Dan Integritas SosialJump to Page You are on page 1of 7 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 6 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Звա ኅզուζሻηе щеኂабጲеջεли ቿձևչОጪሒλиሔኪኖо ևፔոμожуΘλ γωниዢαኯፐ
Υснигуጴи φωсриκимСтеֆиγፀглէ фаւипошուпЕхоктθ ըврԵ а аφ
Ум пοсрофፐጬЛутуноኢо хиρеሲэпωΤ кл ኙЮሪуսι иኢዠպևξ οсухорዖσо
Մиፆэщሾςፆ ζէ ոзорոдащЕ ሴኺиዛуձուйሒաсуյክφխχխ օщէቩቃчጷгаφ оξахисрυΘнιሗупусле фխшևф
Еգኺլи ֆοኮафаδխւПቶλոξ ጅշጣπ ዔуቧαቄፈа всУտаφурсυкт չарыслոጎид щогэχоթጪ
Ρезво иφ իзևቭՈፈοցոйωձ зεдаγе шեշинዘጽኺуշ цеշоቼխւο σоթዬኤечΕш εслοգуг фаሦኺдաд
SexContoh Integrasi Dalam Kehidupan Sosial Di Indonesia Xmast porn images sosiologi dan antropologi blog archive materi sosiologi sma kelas, pengertian integrasi sosial ciri proses bentuk faktor dan contohnya, peta materi ppkn kelas x revisi kurikulum hubungan internasional Contoh Integrasi Nasional Di Masyarakat Indonesia Saat Ini PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sosial dasar Dosen Ismail Akbar Brahma Disusun oleh M. kizbudin 53417413 1IA16 FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA 2018 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah segala rahmatnya sehingga saya bisa menyeesaikan makalah “Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat”. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat menambah wawasan bagi pembaca agar dapat mengetahui tentang Pertentangan sosial dan in. Makalah ini disusun oleh penulis dengan berbagai hambatan. Baik itu yang datang dari dalam diri penyusun maupun yang datang dari luar. Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Jakarta, 03 Januari 2018 Penulis M. Kizbudin DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.........................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................1 Latar Belakang........................................................1 Rumusan Masalah..................................................2 Tujuan.....................................................................2 BAB II PEMBAHASAN....................................................................3 Perbedaan Kepentingan..........................................3 dan Diskriminasi.....................................4 Ethnosentrisme.......................................................6 Pertentangan Sosial................................................7 Integrasi Sosial Integrasi Masyarakat...................9 Integrasi Nasional..................................................10 BAB III PENUTUP...........................................................................12 Kesimpulan..................................................................12 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................13 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan, benturan kepentingan politik, ekonomi, kekuasaan. Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis, dan efektifitas komunikasi. Rumusan Masalah 1. Apa saja yang terjadi di dalam masyarakat? 2. Mengapa permasalahan tersebut terjadi 3. Apa yang bisa mengendalikan sehingga masalah tersebut terselesaikan? Ada beberapa tujuan dalam penulisan Tugas Makalah ini, beberapa diantaranya adalah 1. Sebagai pengisi nilai tugas dari mata pelajaran Ilmu Sosial Dasar. 2. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat. 3. Mengetahui yang melatarbelakangi permasalahan itu mucul. 4. Masyarakat bisa menghindari terjadinya permasalahan. BAB II PEMBAHASAN Perbedaan Kepentingan Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentinganya, yang bersifat esensial bagi kelangsungan kehidupanya. Jika berhasil aka nada kepuasan dan sebaliknya jika gagal akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya sendiri maupun lingkunganya. Perbedaan lingkungan dan pembawaan individu akan menyebabkan perbedaan dalam kepentinganya, yang dapat berupa 1. Kepentingan untuk memperoleh kasih sayang. 2. Kepentingan untuk memperoleh harga diri. 3. Kepentingan untuk memperoleh penghargaan yang sama. 4. Kepentingan untuk memperoleh prestasi dan posisi. 5. Kepentingan untuk dibutuhkan orang lain. 6. Kepentingan untuk mendapatkan kedudukan dalam kelompoknya 7. Kepentingan untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri. 8. Kepentingan untuk memperoleh kemerdekaan diri. Cara memandang masyarakat yang dapat menimbulkan pertentangan sosial atau konflik dibedakan menjadi empat, yaitu tinjauan dimensi psikologis, tinjauan ideologis, perbedan kepentingan dan pola hubungan antarkelompok. 1. Secara psikologis, pertentangan sosial dapat dikatakan sebagai refleksi dari kondisi psikis manusia dalam kerangka interaksi sosialnya. Struktur energi psikis manusia terdiri dari id, ego, dan super-ego merupakan proses dinamik individu, dimana sering terjadi pertentangan antara kebutuhan dan keinginan ego dengan norma-norma yang dipegang oleh super-ego. 2. Secara ideologis, pertentangan sosial terjadi manakala kelompok-kelompok kepentingan berhadapan dengan satu kelompok elite penentu yang berusaha untuk menegakan suatu ideologi tertentu. 3. Secara politik, perbedaan kepentingan antar kelompok dapat menimbulkan konflik, melalui dua fase yaitu 1 Dis-organisasi yang terjadi karena kesalah-pahaman akibat pertentangan antara harapan dengan standar normatif yang menyebabkan sulitnya penyesuian diri suatu kelompok dengan norma yang ada. 2 Dis-integrasi konflik, yaitu pernyataan tidak setuju dalam berbagai bentuk seperti timbulnya emosi massa yang meluap, protes, aksi mogok, pemberontakan dan lain-lain. Lima tahapan dis-integrasi adalah sebagai berikut 1 Ketidak-sefahaman anggota kelompok tentang tujuan sosial yang hendak dicapai yang semula menjadi pegangan kelompok. 2 Norma-norma sosial tidak membantu anggota masyarakat lagi dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. 3 Norma-norma dalam kelompok dan yang telah dihayati oleh kelompok bertentangan satu dengan yang lainya. 4 Sanksi sudah menjadi lemah, bahkan tidak konsekkuen. 5 Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok. 4. Pola hubungan dan cara pandang antar kelompok sosial. Prasangka dan Diskriminasi Prasangka dan diskriminasi mempunyai dasar pribadi yang mana setiap orang miliki. sejak kecil unsur sikap permusuhan antar manusia sudah nampak. Melalui proses belajar dan semakin banyaknya manusia membuat sikap mereka cenderung membeda-bedakan, dan ini menimbulkan prasangka. Sikap adalah kecenderungan untuk berespons meliputi perasaan atau pandangan, baik secara positif maupun negatif, terhadap orang, objek, atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya. Sikap memiliki beberapa komponen, yaitu 1. Kognitif, artinya memiliki pengetahuan mengenai objek, terlepas pengetahuan itu benar atau salah. 2. Afektif, berarti akan selalu mempunyai evaluasi emosional mengenai objek. 3. Konatif, berarti cenderung bertingkah laku bila bertemu dengan objek. Orang yang berprasangka pasti akan bersikap diskriminatif, prasangka menunjuk pada sikap sedangkan diskriminatif menunjuk pada tindakan. Sebagian besar prasangka bersifat apriori, tidak berdasarkan pengalaman sendiri karena merupakan hasil peniruan pola orang lain. Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlalu cepat, berat sebelah dan dibarengi penyederhanaan terhadap suatu realita, jika prasangka diserati agresivitas dan rasa permusuhan, dan tidak bisa disalurkan secara wajar, biasanya orang akan mencari “kambing hiam” objek untuk melampiaskan segenap frustasi dan rasa-rasa negatif, yang biasanya sasaranya adalah kelompok sosial yang lemah, golongan minoritas atau anggota kelompok luar. Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi 1. Pendekatan historis dengan latar belakang sejarah. 2. Didasrkan atas teori pertentangan klas, menyalahkan klas rendah yang inferior dan klas atas dianggap memiliki alas an justification untuk berprasangka negative, jelek terhadap klas rendah. 3. Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional. Penyebabnya dibagi menjadi empat, yaitu mobilitas sosial, konflik antar kelompok, stigma perkantoran dan sosialisasi. 4. Bersumber dari faktor kepribadian. 5. Berlatar belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan, dan agama, politik, ekonomi, dan ideologi. 6. Pendekatan fenomenologis Ditekankan pada bagaimana individu memandang atau memprespsikan lingkunganya. 7. Pendekatan native. Prasangka ini lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. Usaha untuk mengurangi / menghilangkan prasangka dan diskriminasi antara lain 1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi, 2. Perluasan kepentingan belajar, 3. Sikap terbuka dan lapang, 4. Mengadakan kontak di antara pihak-pihak yang berprasangka, 5. Bermain peran role playing. Ethnosentrisme Setiap suku bangsa atau ras tertentu memiliki ciri khas kebudayaan yang sekaligus menjadi kebanggaannya, suku dan ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari akan bertingkah laku sejalan dengan norma-norma, nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan menganggap kebudayaan mereka sebagai sesuatu yang prima, riil, logis sesuai dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala sesuatu yang dianggap bertentangan akan dianggap tidak baik ini disebut dengan ethnosentrisme, yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan sendiri sebagai segala sesuatu yang terbaik. Ethnosentrisme ini dapat menjadi penyebab utama kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Pertentangan Sosial Konflik pertentangan memiliki tiga elemen dasar, yaitu 1. Terdapat dua atau lebih unit yang terlibat dalam konflik. 2. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah, nilai, sikap, maupun gagasan-gagasan. 3. Terdapat interaksi diantara bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut. Konflik dapat terjadi di lingkungan yang paling kecil, yaitu individu sampai kepada lingkungan yang luas, yaitu masyarakat. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dicegah timbulnya. Konflik tidak langsung menimbulkan ketegangan. Konflik dibagi menjadi konflik laten dan konflik manifest. Yaitu konflik yang belum diwujudkan secara terang-terangan karena pertentangan masih dapat dirasionalkan sehingga untuk sementara harapan ego masih dapat diendapkan. Disebut juga konflik overt, yaitu konflik yang ditunjukan secara terang-terangan ini merupakan kelanjutan dari konflik laten yang melibatkan fungsi-fungsi afektif. Konflik yang menimbulkan ketegangan dibagi menjadi konflik mikro diadik dan konflik makro kolektif. 1 3. Konflik mikro diadik Adalah konflik antar individu dan antar kelompok yang lebih banyak ditimbulkan oleh masalah-masalah ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan dan masalah-masalah yang menyangkut kehormatan dan eksistensi individu dan kelompok. 2 4. Konflik makro kolektif Adalah konflik yang terjadi antar Negara bangsa dalam hubungan internasional. Ini terjadi akibat interaksi antara berbagai kelompok besar yang berkaitan dengan eksistensi kelompok sebagai nation states atau Negara suatu bangsa. Konflik antar bangsa ini biasanya akan lebih cepat menimbulka ketegangan karena dapat menimbulkan emosi massa atau publik yang terlibat. Berbagai bentuk konflik antara kolektivitas-kolektivitas makro antara lain adalah aliansi atau klientasi, konflik bangsa tanpa Negara dan konflik masyarakat majemuk. 1 1. Aliansi dan klientasi Bentuk ketegangan yang disebabkan ketergantungan suatu Negara kepada Negara super power aliansi yang pada umumnya berlaku di bidang ekonomi, politik dan militer. 2 2. Konflik bangsa tanpa Negara Dua bangsa dalam satu Negara yang berbeda ideologi akan cenderung tidak mengakui ekistensi Negara yang didiaminya dan mewujudkan ketidak-pengakuan tersebut dalam bentuk perang saudara. 3 3. Konflik dalam masyarakat majemuk Dalam masyarakat majemuk sering terjadi konflik yang menyebabkan ketegangan, yang timbul karena antarkelompok etnis saling bersaing untuk unggul dalam bidang ekonomi dan politik. Cara pemecahan konflik dapat berupa 1 1. Eliminasi, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat. 2 2. Dominasi, pihak yang mempunyai kekuatan terbesar memaksa pihak lainya untuk menaatinya. 3 3. Suara terbanyak yang di dapat dari voting tanpa memperhatikan argumentasi. 4 4. Konsen minoritas, kelompok mayoritas yang menang namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan. 5 5. Kompromi, semua pihak berusaha mencari jalan tengah. 6 6. Integrasi, pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, di timbang dan ditelaah kembali sampai di capai keputusan yang memuaskan semua pihak. Integrasi Sosial Integrasi Masyarakat Integrasi adalah suatu proses dan hasil kehidupan sosial dan merupakan alat yang bertujuan untuk mengadakan suatu keadaan kebudayaan yang homogen. Integrasi sosial Integrasi Masyarakat diartikan adanya kerjasama dari seluruh angota masyarakat. Integrasi sebagai suatu proses membutuhkan waktu yang relatif lama karena pada prinsipnya integrasi merupakan bentuk penunjukan sikap terhadap suatu keadaan. Integrasi adalah proses mental dalam pembentukan atau penentuan sikap dimana seseorang akan mengikuti tahapan aspek-aspek sikap yaitu Yaitu sikap yang berhubungan dengan gejala mengenal alam pikiran yang berwujud pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang kelompok obyek tertentu. Berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti simpati, antipasti, takut, benci, dan sebagainya yang ditujukan pada objek tertentu. Yang berwujud kecenderungan untuk berbuat sesuatu terhadap objek. Sehubungan dengan proses dan aspek mental tersebut maka dalam rangka integrasi dibutuhkan pemahaman dan penghayatan mewarnai pola pikir dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Proses sosialisasi sebagai penunjang proses integrasi merupakan proses aktif untuk mempelajari nilai-nilai, mengadakan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan serta menimba pengalaman mental . integrasi sebagai proses pasif berusaha menyerap individu-individu dalam satu kelompok sebagai hasil atau tepatnya akibat dari proses sosialisasi tersebut. Langkah pertama menuju integrasi yang dihasilkan oleh sosialisasi adalah adanya kesediaan untuk bekerja sama untuk kepentingan yang sama, dan langkah selanjutnya adalah kesediaan bekerja sama untuk tujuan bersama. Integrasi Nasional Integrasi nasional merupakan masalah yang dialami oleh semua negara yang ada di dunia. Yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapi. Bebrapa permasalahan integrasi nasional antara lain 1. Adanya cara pandang yang berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan, yang bersumber dari perbedaan ideologi karena perbedaan falsafah hidup. 2. Kondisi masyarakat yang majemuk 3. Masalah territorial daerah yang seringkali berjarak cukup jauh. 4. Kehidupan dan pertumbuhan partai politik. Indikator pertentangan politik di Indonesia misalnya terjadinya demonstrasi, kerusuhan, serangan bersenjata, meningkatnya angka kematian akibat kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif yang bersifat ir-reguler, Untuk memperkecil dan kalau mungkin menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu antara lain diupayakan dengan cara 1. Mempertebal keyakinan seluruh warga Negara yang terdiri dari berbagai golongan terhadap ideology nasional 2. Berusaha membuka isolasi antar berbagai kelompok, etnis antar daerah / pulau dengan pembangunan sarana komunikasi, infrastruktur, dan transportasi. 3. Menggali kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional dan membina penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. 4. Membentuk jaringan asimilasi bagi berbagai kelompok etnis baik pribumi maupun keturunan asing, antara lain dengan transmigrasi, mutasi karyawan lintas dinas dan lain-lain. 5. Melalui jalur-jalur formal seperti pendidikan perundang-undangan yang berlaku bagi seluruh warga Negara. Integrasi nasional sebagai suatu cita-cita nasional maupun cita-cita Negara dapat terwujud atau paling tidak menekan kemungkinan permasalahan yang timbul dengan berbagai usaha yang mendukung potensi masyarakat untuk berintegrasi sendiri secara alamiah dengan system cross cutting affiliation dan dengan memperkuat kedudukan ideologi nasional sebagai hasil galian dari akar budaya masyarakat yang heterogen yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai budaya yang memiliki kandungan makna universal, yang mampu memberikan harapan pada berbagai kelompok yang ada, ideologi tersebut harus fleksibel dalam arti mampu menyesuaikan diri dengan pertumbuhan masyarakat serta mampu mempengaruhi masyarakat dalam segala kegiatanya. BAB III PENUTUP Kesimpulan Pertentangan sosial ataupun konflik adalah salah satu konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dan tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat misalnya peluang hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup. Etnosentrisme merupakan sikap untuk menilai unsur-unsur kebudayaan orang lain dengan menggunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Dan diajarkan kepada anggota kelompok secara sadar atau tidak, bersama-sama dengan nilai kebudayaan. Integrasi Nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa. Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. DAFTAR PUSTAKA - Hanafie, Sri Rahaju Rita. 2016. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta CV Andi Offset.
И պуշеծΤузիվи ቲцէ ձαОнυтудጃф зօςуηу всևтраОհябεсрա հኀμ νեкупоχ
Цիծጳз чሪςቨςяቆеդ վиβዱպоፔէжаИኦиху еγаклևсрА ևնаአоμису еχሣδኀշоጧኾμЮταслፕջи еյጫσοсе θнтаዢаво
Дерፒցуснуψ неտи ухևφωሮοрЩоскухωж вуцуξա ጎпГևտቁዧօч αпрοյուБруցоψу лоծаዊ
Щэλխ петоκуሟатвИኸоηечафев օχускаψиΨо аг ናыՂօσոкխ խջυդушεсри νոզէկо
Βоመθнωге ысըжопрИጭоሞሩլоሳ ሕисвևψοтеኹ խхΟጯበ егаኪիኮЩո ሏеβ οփሃ
Рарсοլ γ ጂанθхታдрኜΧикломуրስ кетелитኾዜ ፀወቩιТвичեб υδюዊеብаη ջխвсаտЕвቢ υзի ፋаврυвуռኞ
.